Thursday, April 17, 2014

Biografi Rudy Hartono Kurniawan

Rudy Hartono Kurniawan




Lahir di Surabaya, Jawa Timur, 18 Agustus 1949 adalah seorang mantan pemain bulu tangkis Indonesia. Ia pernah memenangkan kejuaraan dunia di tahun 1980, dan Kejuaran All England selama 8 kali pada tahun 1960’an dan 1970’an.
Rudi Hartono adalah anak ke-3 dari 9 bersaudara yang lahir dari pasangan Zulkarnain Kurniawan. Orang tua Rudi tinggal di jalan kaliasin 49 (sekarang jalan Basuki Rahmat), Surabaya, Jawa Timur dan bekerja sebagai penjahit pakaian pria. Selain itu orang tua Rudy juga mempunyai usaha pemrosesan susu sapi di Wonokromo, Jawa Timur.
Seperti anak-anak seumuran lainnya, Rudy kecil juga tertarik dengan berbagai macam olahraga sejak SD, terutama atletik dan renang. Pada masa SMP dia juga berkecimpung di olahraga bola voli dan pada masa SMA dia juga adalah pemain sepak bola yang handal.
Tapi dari semua olahraga yang dia ikuti, keinginan terbesarnya akhirnya hanya jatuh pada permainan bulu tangkis. Pada usia 9 tahun, Rudy kecil sudah menunjukan bakatnya di bulu tangkis. Tetapi ayahnya baru menyadarinya ketika Rudy sudah berumur 11 tahun. Sebelumitu Rudy hanya berlatih di jalan raya aspal depan kantor PLN di Surabaya, yang sebelumnya dikenal dengan jalan Gemblongan-ditulis oleh Rudy Hartono dalam bukunya Rajawali Dengan Jurus Padi(1986). Rudy berlatih hanya pada hari minggu, dari pagi hingga pukul 10 malam. Setelah merasa cukup, Rudy memutuskan untuk mengikuti kompetisi-kompetisi kecil yang ada di sekitar Surabaya yang pada masa itu biasanya hanya di terangi oleh sinar lampu petromax.
Setelah ayahnya menyadari bakat anaknya, maka Rudi kecil mulai di latih secara sistematik pada Asosiasi Bulu Tangkis Oke dengan pola latihan yang telah di tentukan oleh ayahnya. Sekedar informasi, ayah Rudy juga pernah menjadi pemain bulu tangkis di masa mudanya. Zulkarnain pernah bermain di kompetisi kelas utama di Surabaya. Zulkarnain pertama kalinya bermain untuk Asosiasi Bulu Tangkis Oke yang dia dirikan sendiri pada tahun 1951. Di asosiasi ini ayah Rudy juga melatih para pemain muda. Program kepelatihannya di tekankan pada 4 hal utama yaitu: kecepatan, pengaturan nafas yang baik, konsistensi permainan dan sifat agresif dalam menjemput target. Tidak mengherankan banyak program kepelatihannya lebih menekankan pada sisi atletik, seperti lari jarak panjang dan pendek dan juga latihan melompat(high jump).
Ketika Rudy mulai berlatih di Asosiasi yang dimiliki ayahnya pada saat itulah Rudy merasakan latihan professional yang sesungguhnya. Pada saat itu asosiasi tempat ayah Rudy melatih hanya mempunyai ruangan latihan di gudang gerbong kereta api di PJKA Karangmenjangan. Dengan kondisi seperti itu Rudy tetap berlatih dengan bersemangat bahkan dia merasa bahwa tempat latihan ayahnya jauh lebih baik dari tempat latihan sebelumnya karna ruangan gedung telah memakai cahaya lampu listrik sehingga dia tetap bias berlatih dengan maksimal sampai malam hari. Selain itu lapangan yang disediakan juga lebih baik dibanding  sebelumnya ada kantin yang berada di samping gedung latihan.

Setelah beberapa lama bergabung dengan grup ayahnya, akhiranya Rudy memutuskan untuk pindah ke grup bulu tangkis yang lebih besar yaitu Grup Rajawali, grup yang telah melahirkan banyak pemain bulu tangkis dunia. Pada awal dia bergabung dengan grup ini Rudy merasa sudah menemukan grup terbaik untuk mengembangkan bakat bulu tangkisnya. Akan tetapi setelah berdiskusi dengan ayahnya, Rudy mengakui bahwa jika dia ingin kariernya di bulu tangkis meningkat maka dia harus ke tempat latihan yang lebih baik, oleh sebab itu Rudy memutuskan untuk pindah pada Pusat Pelatihan Thomas Cup pada akhir tahun 1965. Tak lama setelah itu penampilan Rudy semakin membaik. Bahkan dia turut ambil bagian dalam memenangkan Thomas Cup untuk Indonesia pada tahun 1967. PAda umur 18 tahun, untuk pertama kalinya Rudy memenangkan title juara All England dengan mengalahkan Tan Aik Huang dari Malaysia dengan hasil akhir 15-12 dan 15-9. Setelah itu dia terus memenangkan title ini sampai dengan 1974.

No comments:

Post a Comment